Sunday, March 2, 2014

BIONIC EYE
Agar yang buta
Bisa Melihat


Bagi kita yang bisa melihat, dunia ini begitu indah. Tapi tidak demikian bagi mereka yang tunanetra. Sekarang sudah ada solusi buat mereka.

Solusi paling mutakhir yang memungkinkan seorang tunanetra dapat melihat sudah ditemukan. Setelah melakukan riset selama bertahun- tahun, Second Sight Medical Products di California, Amerika Serikat, berhasil menciptakan apa yang dikenal dengan bionic eye. Sebuah produk yang dapat membantu seorang penderita kebutaan untuk  dapat  melihat kembali. Produk yang diberi nama Argus II Retinal Prosthesis System  ini sejak Februari lalu telah mendapatkan persetujuan dari Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat, untuk segera diperjualbelikan secara massal. Kebutaan permanen bisa diakibatkan oleh kecelakaan, ataupun terjadi sejak lahir. Penderitanya hidup dalam kegelapan. Mereka butuh bantuan orang lain untuk dapat melakukan kegiatan seperti yang kita lakukan sehari-hari. Tapi sekarang  bionic eye akan memungkinkan si buta mengenal warna, bahkan cantik atau gantengnya pasangan pujaan hati. Sejauh ini, sistem kacamata dengan microchip dan kamera digital ini telah membantu 60 orang untuk bisa melihat dunia nyata. Dan untuk seterusnya, diharapkan semakin banyak tunanetra dapat dipulihkan. 

 Awalnya, produk Argus II ini dimaksudkan untuk memberikan bantuan penglihatan bagi mereka yang menderita retinitis pigmentosa, yaitu sebuah kelainan genetika pada mata yang menyebabkan degenerasi pada fotoreseptor retina. Di Amerika Serikat, diperkirakan 1 dari 4.000 orang menderita penyakit langka ini. Bagi penderita retinitis pigmentosa, sel fotoreseptor mereka rusak, sehingga sinyal tidak bisa dilanjutkan ke otak. Mereka akan mulai kehilangan kemampuan untuk melihat sekeliling dan terjebak dalam kegelapan. Fungsi Argus II adalah menggantikan peran sel fotoreseptor tersebut. Cara kerjanya, sel fotoreseptor pada mata mengubah cahaya menjadi sinyal elektrokimia yang kemudian diteruskan ke otak melalui syaraf optik, di mana cahaya diubah menjadi bentuk. Argus II memiliki 60 elektroda yang ditanam ke dalam retina dan kacamata yang dilengkapi dengan kamera mini khusus. Mark Armstrong, penemu Argus II dan seorang profesor tamu di Monash University, Australia, mengatakan bahwa bionic eye ini berpotensi membantu 85% orang yang diklasifikasi sebagai benar-benar buta untuk kembali melihat. Walaupun untuk sementara ini mungkin belum sempurna, tapi mereka bisa melihat sekeliling sehingga menjadi lebih terarah. Uji klinis untuk sistem tersebut telah dilakukan pada 30 orang berusia 28-77 tahun. Semuanya adalah orang- orang yang dikategorikan benar-benar buta.  Sebagai alat bantu untuk bisa melihat kembali, menurut Amstrong, efek penggunaan Argus II beda- beda untuk setiap partisipan.

 Ada yang sampai bisa melihat jelas, ada yang tidak terlalu terpengaruh. Bagi yang sangat terbantu, mereka bahkan bisa sampai membaca headline koran atau membedakan warna. Walaupun hasilnya macam- macam, tapi pemakai Argus II kebanyakan bisa membedakan terang dan gelap. Dan inilah yang paling penting bagi mereka. Dengan kemampuan melihat cahaya, si buta bisa membedakan arah ke mana mereka harus berjalan atau berbelok, sehingga tak perlu terus menerus bergantung pada bantuan orang lain. Sistem bionic eye telah tersedia di beberapa negara Eropa dengan harga 73.000 euro (sekitar Rp 960 juta), dengan tambahan US$16.000 (Rp 155 juta) untuk operasi implan elektroda. 

Di Amerika Serikat, menurut beberapa sumber yang dekat dengan perusahaan pengembang peralatan  canggih ini, Argus II akan dijual di tujuh rumah sakit di New York, California, Texas, Maryland, dan Pennsylvania. Lalu bagaimana cara kerjanya? Pengguna sistem harus memakai kacamata khusus yang memiliki kamera khusus. Kamera canggih ini nantinya bisa menangkap sinyal secara langsung. Perangkat ini juga yang bertugas mengungkap berbagai gambar dan bentuk di sekeliling penggunanya. Sensor gerakan mata (eye movement censors) di dalam kacamata akan mengarahkan kamera saat pengguna menggerakkan kepalanya. Setelah itu, gambar yang ada disaring dan dimodifikasi dengan prosesor yang sangat canggih. Hasil modifikasi lalu diantarkan ke elektroda dengan wireless transmitter ke dalam chip yang ditanam pada bagian belakang otak, melewati retina yang rusak tadi. Chip kemudian menstimulasi bagian visual cortex otak dengan sinyal listrik, menggunakan elektroda mikroskopik yang juga ditanam. Dari sini, otak akan menginterpretasikan sinyal tersebut menjadi penglihatan. Di kemudian hari, ada kemungkinan Argus II juga bisa digunakan pada mereka yang mengalami mascular degeneration. Yaitu kehilangan penglihatan pada orang tua. Bagi Second Sight sendiri, tujuan mereka berikutnya adalah melakukan implan elektroda langsung ke dalam cortex otak. Hal ini dimaksudkan untuk mengobati semua jenis kebutaan. Jadi, kehilangan penglihatan bukanlah akhir dari segalanya. Argus II bisa menjadi solusi! .

Sumber : Majalah iTech,edisi 5

Nama : Fikri Akhdi Maulana
NIM : 202131898745121
Nama Dosen : Onno W. Purbo
Universitas : Surya University

1 comment :

  1. canggih. nicee !
    Jangan lupa kunjungi blog saya gan http://egadewaa.blogspot.com

    ReplyDelete