Pemilu Via Online
Pernah saya berfikir bagaimana cara mengurangi pengeluaran uang negara disaat pemilihan umum, dan saya berinisiatif untuk membuat Pemilu via Online yang dapat menjadi solusi pengeluaran uang negara disaat pemilihan umum.
Pemilu Online atau e-vote dapat meminimalisir pendanaan dari pemerintah, coba bayangkan..dana yang dihabiskan saat pemilu hingga ratusan Triliun, apalagi hingga diadakan pemilihan putaran kedua...sungguh boros.
Pemilu Online yang dapat di terapkan di indonesia yaitu Pemilihan online web base, dengan tanggungan server yang besar, bandwith yang besar, dan security web yang tinggi sehingga tidak ada hacker yang bisa masuk. Sistem yang baik dan tidak bisa dicurangi yaitu setiap pemilih diberikan nomor registrasi untuk memilih 1 kali, dan jika sudah memilih, akun nya akan terhapus.
Di luar negri, pemilu online sudah coba sejak 2003, Kista, Stockholm, Swedia
Proyek ujicoba ini dilakukan awal 2003 lalu. Warga kota Kista ternyata menyambut antusias proyek Komisi Eropa ini. Selama tiga hari pelaksanaaan 226 orang ikut berpatisipasi. Cukup repot juga panitia. Soalnya banyak juga orang berusia di atas 55 tahun ikut mencoba. Seperti halnya di Indonesia, kaum manula itu tak terbiasa mengakses internet. Jadi, panitia musti membimbingnya satu-persatu.
Pemilu ujicoba itu dipusatkan di dekat perpustakaan umum di pusat kota. Panitia menyediakan tiga kios (semacam bilik suara), sebagai tempat pemilih ‘mencoblos' partai atau calon wakilnya di parlemen. Di dalam kios itu tak ada ‘paku' dan busa untuk landasan mencoblos. Melainkan komputer dan ponsel Nokia, Communicator 9210 untuk akses internet.
Sebenarnya pemilih pun bisa melakukannya dari tempat tinggal masing-masing. Namun dari ratusan peserta itu hanya satu yang mempraktekkannya. Mayoritas datang ke tempat ujicoba sambil mengumpulkan informasi. Ternyata banyak juga warganegara Swedia yang gatek. Bayangkan, ‘benda' yang namanya mouse saja belum tahu fungsinya. Bahkan tak sedikit yang belum pernah meyentuh komputer. Wajar bila akhirnya memakan waktu untuk ‘memencet' pilihannya. Seorang pemilih rata-rata membutuhkan waktu lima belas menit di dalam kios.
Saat mendaftar pemilih juga concern soal keamanan ‘suara'nya. Panitia memberikan surat dalam amplop tertutup berisi kode pin, seperti saat kita menerima kartu ATM. Syaratnya pemilih harus menunjukkan identitasnya seperti KTP, SIM, atau paspor. Setelah ‘mencoblos', kertas berisi kode pin itu harus dikembalikan pada panitia. Ini untuk mencegah terjadinya pemakaian kode rahasia itu lebih dari sekali.
Ujicoba itu dilaporkan berjalan dengan sukses. Secara teknologi, terutama jaringan internet pun tak ada kendala berarti. Sebab dilakukan di pusat kota dengan infrastruktur yang sudah baik. Yang jadi evaluasi panitia adalah soal lamanya waktu pemilih berada di dalam bilik suara. Masih lebih lama daripada cara manual.
Kira-kira kapan indonesia dapat di terapkan pemilu via online atau e-voting ini? kita tunggu saja ya :)
Sekian dari saya
Sumber : http://www.dudung.net/teknologi-informasi/pemilu-lewat-internet.html
Nama : Fikri Akhdi Maulana
NIM : 202131898745121
Nama Dosen : Onno W. Purbo
Universitas : Surya University
Ternayat bisa juga dilakukan online. nice gan :)
ReplyDeleteJangan lupa kunjungi blog saya gan http://egadewaa.blogspot.com
wah keren nih...
ReplyDeletelumayan kan bisa menghemat berjuta-juta uang yang harusnya dipakai untuk pemuli pakai kertas....
lebih enak pemilu lewat telepati gan biar gak ada yang bisa hack 3:D
ReplyDeletenice post gan, lanjutkan..
kalo pemilu online, nyoblosnya pake apa gan :v
ReplyDeletesiplah,..
bagus bagus
ReplyDelete